Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Fenomena Tauhid Ketika Idul Adha
Jumat, 8 Juli 2022

Khutbah Jumat: Fenomena Tauhid Ketika Idul Adha ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 8 Dzulhijjah 1443 H / 8 Juli 2022 M.

Khutbah Pertama Khutbah Jumat: Fenomena Tauhid Ketika Idul Adha

Sesungguhnya di hari-hari ini adalah hari-hari tauhid. Hari di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala diesakan dan dibesarkan. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita untuk mentauhidkanNya.

Lihatlah fenomena tauhid di hari-hari ini. Dimana kita diperintahkan:

1. Banyak bertakbir

Yang pertama untuk banyak bertakbir (membesarkan Allah ‘Azza wa Jalla). Sebagaimana dahulu para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperbanyak takbir di 10 awal bulan Dzulhijjah. Demikian pula di hari-hari tasyriq.

Yang hakikat takbir adalah membesarkan Allah. Dimana Allah yang paling besar, tidak ada yang lebih besar dari Allah ‘Azza wa Jalla. Adapun selain Allah, maka ia kecil di hadapan Allah.

Ketika seorang hamba membesarkan Allah, dia meyakini bahwa Allah-lah yang paling besar, maka konsekuensinya adalah dia hanya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, dan tidak memalingkan ibadah kepada selain Allah ‘Azza wa jalla.

Ketika seseorang mengucapkan “Allahu akbar (Allah yang paling besar)” maka ia yakin bahwasanya selain Allah tidak berhak untuk disembah karena ia makhluk. Sehebat apapun makhluk, maka sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak berhak untuk diibadahi.

2. Tawaf di Baitullah

Di antara fenomena tauhid di hari-hari ini adalah kaum muslimin semuanya pergi ke Baitullah, mereka thawaf disana. Dan thawaf itu adalah ibadah agung yang hanya disyariatkan sesuai dengan perintah Allah ‘Azza wa jalla.

Oleh karena itu para ulama mengatakan siapa yang tawaf di selain Ka’bah maka ia telah berbuat kesyirikan. Allah memerintahkan kita tawaf di Ka’bah bukan untuk menyembah Ka’bah, akan tetapi karena melaksanakan perintah Allah ‘Azza wa Jalla. Allah yang memerintahkan demikian.

…وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“Hendaklah mereka thawaf di baitul ‘atiq (yaitu Ka’bah).” (QS. Al-Hajj[22]: 29)

Akan terlihatlah disitu Tauhidullah’ ‘Azza wa Jalla. Dimana mereka tidak mau mempersekutukan Allah dan hanya membesarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Mengucapkan Talbiyah

Di hari-hari Mina, kita lihat mereka melempar jumrah aqabah, mereka senantiasa mengucapkan talbiyah:

لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك

Ucapan yang dipenuhi dengan Tauhidullahi ‘Azza wa Jalla. Hanya mentauhidkan Allah, dan tidak mempersekutukan Allah, dan berlepas dari berbagai macam kesyirikan.

4. Menyembelih

Di antara fenomena-fenomena tauhid, di hari raya nahar, kita disyariatkan untuk menyembelih. Ini memberikan kepada kita sebuah pesan dan kesan bahwasannya sembelihan itu hanya untuk Allah saja.

Kambing, demikian pula unta, demikian sapi, itu semua adalah ciptaan Allah yang hanya dipersembahkan untuk Allah saja dan tidak diperbolehkan dipersembahkan untuk selain Allah.

Maka siapa yang menyembelih kambing untuk laut, atau untuk gunung, itu hakekatnya ia telah berbuat syirik kepada Allah ‘Azza wa Jalla, ia telah mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sesungguhnya sembelihan itu ibadah yang hanya boleh untuk Allah saja.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, Rabb semesta alam.`” (QS. Al-An’am[6]: 162)

Maka saudaraku, ketika menyembelih kita ucapkan “Bismillahi Allahu Akbar,” menunjukkan bahwasanya ibadah ini hanya untuk Allah, tidak untuk yang lainnya.

Maka orang yang membuat sesajen-sesajen untuk selain Allah, sungguh ia telah memalingkan ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

5. Shalat Idul Adha

Demikian pula di antara fenomena Tauhidullahi ‘Azza wa Jalla adalah shalat Idul adha.

Setiap kita dan semua kita menghadapkan diri berjamaah di lapangan menghadap kiblat yang telah Allah perintahkan. Kita hanya beribadah kepada Allah, kita hanya sujud kepada Allah, kita tidak sujud kepada selain Allah, kita ruku’ pun hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Itulah saudaraku, hari-hari tauhid dimana Allah ditauhidkan, diesakan. Karena itulah kewajiban setiap kita manusia dan hamba Allah untuk mentauhidkanNya. Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.

Maka saudaraku, inilah agama para Nabi, inilah yang diserukan oleh semua Nabi dan Rasul. Semua Nabi dan Rasul menyerukan kepada ini. Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Tidak ada seorangpun Rasul yang Kami utus kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Aku (yaitu Allah ‘Azza wa Jalla), maka sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Anbiya[21]: 25)

Allah berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ…

“Sungguh Kami telah mengutus setiap Rasul kepada setiap umat dimana Rasul itu berkata: ‘Hendaklah kalian beribadah kepada Allah saja dan jauhi thaghut (yaitu segala sesuatu yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala).” (QS. An-Nahl[16]: 36)

Maka jiwa-jiwa yang mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka hanya ridha ibadahnya kepada Allah dan tak akan pernah ridha Allah dipersekutukan.

Saudaraku, jiwa-jiwa yang mentauhidkan Allah akan berlepas diri dari kesyirikan dan tidak akan pernah ridha dengan kesyirikan.

Oleh karena itulah Nabi Ibrahim menyatakan bara’-nya kepada ayah dan kaumnya:

…إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ ‎﴿٢٦﴾‏ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ ‎﴿٢٧﴾

“Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kalian sembah itu, kecuali Allah yang telah menciptakan aku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 26-27)

Saudaraku, inilah tauhi yang apabila seseorang wafat diatasnya ia pasti masuk ke dalam surga. Siapapun orang yang wafat diatas Laa Ilaaha Illallah dan tidak mempersekutukan Allah, dia pasti masuk ke dalam surga. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ketika kepada Mu’adz bin Jabal:

يَامُعَاذُ ، أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ ؟

“Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hambaNya dan apa hak hamba atas Allah?”

Mu’adz bin Jabal berkata: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ (Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui).

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا ، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“Hak Allah atas hamba-hambaNya yaitu agar mereka beribadah kepada Allah saja dan tidak mempersekutukan Allah sedikitpun juga. Dan hak hamba atas Allah yaitu Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak mempersekutukan Allah sedikitpun juga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Subhanallah, saudaraku..

Tauhidullah itulah tujuan hidup kita dan tujuan Allah menciptakan kita.

Khutbah Kedua Jangan Senang Dipuji Manusia

Sesungguhnya Tauhidullahi ‘Azza wa Jalla sangat agung pahalanya di sisi Allah. Sebesar apapun dosa kita, apabila kita mentauhidkan Allah Allah, maka Allah gugurkan dosa-dosa kita. Allah Ta’ala berfirman dalam Hadits Qudsi:

يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam! Apabila kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh bumi dan kamu meninggal bertemu denganKu dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku sedikitpun juga, maka aku akan datang kepadamu membawa ampunan sepenuh bumi juga.” (HR. Tirmidzi)

Subhanallah..

Maka yang kita pikirkan bagaimana kita wafat di atas Laa Ilaaha Illallah, tidak mempersekutukan Allah, tidak berbuat kesyirikan. Karena kita berada di sebuah negeri yang penuh kesyirikan.

Kita melihat bagaimana dukun-dukun dimuliakan, bagaimana kuburan-kuburan diagungkan, bagaimana sesajen-sesajen yang dipersembahkan. Belum lagi kesyirikan-kesyirikan yang lainnya. Nas’alullah as salamah wal ‘afiah.

Demi Allah, saudaraku.. Tauhid itu pemberian Allah yang paling besar, yang Allah berikan kepada seorang hamba.Karena tidak mungkin surga dimasuki kecuali oleh orang-orang yang mentauhidkan Allah saja. Rasulullah bersabda tentang surga:

إنَّ الجنَّةَ لا يدخُلُها إلَّا نفسٌ مُسلِمةٌ

“Surga tidak akan dimasuki kecuali oleh orang-orang yang muslimah.” (HR. Bukhari)

Yaitu jiwa yang benar-benar menyerahkan dirinya kepada Allah ‘Azza wa Jalla, yang benar-benar mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla. Karena itulah hakekat Islam.

Download mp3 Khutbah Jumat: Fenomena Tauhid Ketika Idul Adha

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Fenomena Tauhid Ketika Idul Adha” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51892-khutbah-jumat-fenomena-tauhid-ketika-idul-adha/